Selasa, 17 Maret 2009

Ekspedisi Hannibal di Roma

Jenderal Hannibal



Pada tahun 219 SM, Romawi memutuskan untuk berperang dengan bangsa Kartago yang terus-menerus mengganggu koloni Romawi di Spanyol. Tetapi sebelum Roma mengirimkan pasukannya ke tanah Spanyol, Hannibal, jenderal Kartago berusia 28 tahun, pimpinan tertinggi pasukan Kartago sudah mendahului dengan memimpin pasukannya menuju Roma. Hannibal memilih rute yang tidak diduga oleh Roma dengan melewati pegunungan Alpen. Rute yang sulit dan berbahaya. Disinilah Roma tidak menyangkanya sama sekali bahwa Hannibal berani mengambil rute berbahaya tersebut. Alhasil, tidak ada penjagaan di area tersebut sehingga serbuan pasukan Kartago-Hannibal tidak tertahankan lagi.

Walaupun begitu akibat memilih rute yang sulit pasukan Kartago yang semula berjumlah 40.000 pasukan menyusut menjadi 20.000 infanteri, 6000 kavaleri dan 38 gajah. Hannibal sadar bahwa ini merupakan saat-saat yang kritis bagi dirinya dan pasukannya. Menanggapi hal tersebut, pemerintah Romawi menyiapkan pasukan yang berkekuatan hampir 500.000 orang. Pasukan ini adalah petarung yang disiplin dan ditakuti di dunia saat itu. Apalagi sebagian besar dari pasukan tersebut adalah veteran yang pernah mengalahkan Kartago pada perang Punic I.

Setelah beberapa kali terjadi pertempuran kecil, sebuah pasukan besar di bawah pimpinan Konsul Sempronius Longus bersiap-siap bertempur langsung dengan pasukan Kartago di dekat sungai Trebia. Tetapi Hannibal tidak mau bertempur langsung dengan Sempronius. Ia melakukan hal yang aneh. Kavaleri ringannya dikerahkan menyeberangi sungai seolah-olah ingin menyerang tetapi mundur kembali. Hal ini dilakukan oleh Hannibal berulang kali sehingga Sempronius terbakar emosinya dan memutuskan untuk melakukan pengejaran. Sempronius membawa keseluruhan pasukannya menyeberangi sungai Trebia. Penyeberangan ini berlangsung selama berjam-jam dan sangat melelahkan. Pada akhirnya, kedua pasukan bertemu persis di sebelah barat sungai.



Pada awal pertempuran, pasukan Sempronius terlihat keunggulannya. Akan tetapi, di salah satu sisi, barisan Romawi yang terdiri dari suku Gallic tiba-tiba buyar. Penyebabnya adalah Hannibal melepaskan sejumlah gajah perangnya yang ditunggangi oleh para pemanah. Suku Gallic yang belum pernah melihat binatang sebesar itu panik dan lari tunggang langgang. Situasi kacau ini ditambah dengan kemunculan tiba-tiba sekitar 2000 pasukan kavaleri Kartago dari balik hutan yang berada dekat dengan sungai menyerang bagian belakang pasukan Romawi. Pasukan Romawi berusaha melawan tetapi kepungan itu membuat ribuan pasukan Romawi tewas tenggelam dalam sungai Trebia yang dingin.

Kekalahan ini menimbulkan kegemparan di ibukota. Segera disiagakan Legiun (infanteri berat Romawi) untuk menahan serbuan Kartago. Tetapi melalui sebuah penyergapan yang cerdik, Hannibal menghancurkan sebuah pasukan Romawi di dekat danau Trasimene. Akhirnya pemerintah pusat Romawi menunjuk seorang diktator untuk memimpin mereka melalui krisis tersebut. Terpilihlah Fabius Maximus menjadi diktatur Romawi. Maximus memilih untuk tidak melakukan pertempuran langsung. Ia hanya menempatkan pasukannya di wilayah pegunungan dimana pasukan Kartago tidak akan berani menyerang. Ia juga hanya melakukan taktik gerilya mengingat masih rapuhnya mental pasukan Romawi terhadap kekalahan dari pasukan Kartago.

Walaupun taktik Maximus efektif, mayoritas warga Romawi menyatakan ketidakpuasannya. Mereka menganggap taktik itu memalukan reputasi Romawi sebagai bangsa yang kuat saat itu. Ketidakpuasan ini dipakai oleh Hannibal. Ketika menyerang desa atau kota-kota romawi, Hannibal sengaja tidak merusak harta benda milik keluarga Maximus. Hal ini semakin mengundang kecurigaan warga Romawi terhadap taktik Maximus.

Setelah menghancurkan Apulia, Hannibal memasuki wilayah subur Campania. Fabius yang mengenal baik wilayah itu memutuskan untuk mengakhiri petualangan Hannibal. Dalam pengamatannya, Fabius melihat bahwa Hannibal tidak pernah memilih jalan keluar sama dengan jalan masuk. Walaupun begitu, Fabius tetap menempatkan pasukan yang besar di sekitar Allifae, tempat dimana Hannibal masuk ke Campania. Sementara pasukan Romawi lainnya disebar ke celah-celah yang mungkin akan dilalui oleh Hannibal. Fabius menutup jalur keluar pasukan Hannibal. Ia berpikir begitu stok makanan pasukan Hannibal habis, mereka akan berusaha menerobos.

Minggu-minggu berikutnya, Hannibal mengerahkan kavalerinya ke arah utara menjarah ladang subur di wilayah tersebut. Maximus mengetahui siasat Hannibal yang menginginkan dirinya mendatangi Hannibal. Maximus tetap menunggu dan tidak menyerang. Pada suatu malam, pasukan Romawi yang menjaga wilayah Allifae melihat pemandangan yang menciutkan nyali mereka. Sebuah pasukan yang luar biasa besar, yang tampak dari puluhan ribu obornya, menuju ke arah pasukan Romawi. Pasukan tersebut bergerak cepat diiringi dengan teriakan-teriakan aneh seperti sedang dirasuki setan. Pasukan Romawi yang tidak menyangka bahwa kekuatan pasukan Hannibal demikian besar memutuskan lari meninggalkan pos pertahanan mereka tanpa bertempur sedikit pun. Pasukan Hannibal pun berhasil keluar dari kepungan pasukan Maximus.

Maximus dan pemimpin-pemimpin Romawi lainnya tidak pernah sanggup menerka apa yang diperbuat oleh Hannibal pada malam itu. Fabius Maximus pun kehilangan kekuasaannya. Konsul Terentius Varro memimpin pasukan Romawi untuk membalas penghinaan di Allifae. Pasukan Varro mendatangi pasukan Hannibal yang sedang berkemah di sekitar Cannae, tidak jauh dari wilayah yang sekarang menjadi kota Bari. Varro sangat yakin akan peluangnya. Medan terbuka, musuh kelihatan jelas dan jumlah pasukan yang lebih besar dari pasukan Hannibal.



Pertempuran bersejarah Cannae pun dimulai. Seperti biasa, pasukan Romawi menguasai jalannya pertempuran. Barisan tengah pasukan Hannibal sangat lemah dan mudah mengalah. Varro pun mengarahkan seluruh kekuatan Romawi menggempur barisan tengah pasukan Hannibal. Serbuan ini menyebabkan barisan pasukan Hannibal melengkung seperti busur panah sehingga pasukan Romawi seperti menumpuk di tengah. Inilah yang diinginkan oleh Hannibal, ia segera melepas ujung luar pasukannya yang terdiri dari pasukan gajah dan berkuda Afrika menghimpit pasukan Romawi. Situasi berubah menjadi ladang pembantaian pasukan Romawi. Pertempuran Cannae tercatat sebagai sejarah kekalahan Romawi paling menghancurkan dan memalukan.

Ekspedisi Hannibal di Romawi sendiri berlangsung sekitar 6 tahun. Selama itu ia tidak pernah mendapat bantuan dari pemerintah pusat Kartago dan hanya mengandalkan suplai dari wilayah-wilayah Roma yang berhasil direbutnya. Walaupun akhirnya Hannibal tidak pernah berhasil menghancurkan Romawi, ia dan pasukannya telah meraih reputasi mengerikan. Walaupun memiliki pasukan dan persediaan yang melimpah, pasukan Romawi selalu berusaha menghindar melakukan pertempuran langsung dengan Hannibal.

Pertempuran Zama adalah akhir dari kejayaan Hannibal dan bangsa Kartago. Dalam pertempuran tersebut pasukan Kartago berhasil dikalahkan oleh pasukan Romawi di bawah pimpinan jenderal Scipio Africanus. Walaupun Kartago menyerah, Hannibal tetap melakukan perlawanan gerilya. Dalam suatu penyergapan oleh pasukan Romawi, Hannibal dan pasukannya terkepung. Menyadari bahwa dirinya tidak dapat meloloskan diri dan tidak sudi menyerah kepada pasukan Romawi, Hannibal memilih mengakhiri hidupnya dengan minum racun. Kematiannya diperkirakan terjadi sekitar tahun 183 SM di desa Bithynian, Libyssa (sekarang masuk wilayah Maroko).

Jenderal Scipio Africanus

Selasa, 24 Februari 2009

PLOT 20 JULI

Plot 20 Juli 1940 adalah usaha gagal atas percobaan pembunuhan Hitler, pemimpin Jerman Nazi, di Markas Besar Hitler, Wolf’s Lair, Rastenburg, Prusia Timur. Usaha ini dilakukan untuk mengambil ali pemerintahan melalui Operasi Valkyrie. Operasi Valkyrie sendiri disetujui oleh Hitler yang tujuannya adalah melindungi diri Hitler jika pasukan Sekutu berhasil masuk wilayah Jerman. Operasi ini juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya huru-hara politik apabila situasi semakin genting. Kolonel Claus Von Stauffenberg adalah aktor kunci dan penanggung jawab Operasi Valkyrie sehingga memungkinkan dirinya bisa mempunyai akses langsung ke Hitler.

Latar Belakang

Sejak tahun 1938, kelompok-kelompok perlawanan sudah ada dalam tubuh Angkatan Bersenjata Jerman (Wehrmacht Heer) dan Badan Intelijen Militer (Abwehr). Pimpinan awal kelompok ini termasuk Brigadir Jenderal Hans Oster (Kepala Kantor Intelijen Militer), Jenderal Ludwig Beck (mantan Kepala Staf Komando Tertinggi Pasukan Jerman, Oberkommando des Heeres, OKH) dan Marsekal Erwin von Witzleben (mantan pimpinan German 1st Army dan mantan komandan German Army Command in The West, Oberbefehlshaber West).


Rencana untuk menjatuhkan dan mencegah Hitler untuk memproklamirkan perang baru dijalankan sejak 1938 dan 1939. Tetapi hal ini dibatalkan karena kegagalan kekuatan barat untuk melawan agresi Hitler sampai 1939. Grup perlawanan militer juga menunda aksi mereka setelah Hitler memperoleh popularitas yang menjulang mengikuti kemenangan cepat pasukan Jerman pada agresi di Perancis.


Pada tahun 1941, grup baru terbentuk. Pimpinan kali ini adalah Kolonel Henning von Tresckow, anggota staf Marsekal Fedor von Bock, pimpinan Army Group Centre pada Operasi Babrbarossa. Secara sistematis, Tresckow merekrut para oposan ke dalam grup perlawanan.


Selama tahun 1942, Oster dan Tresckow sukses membangun ulang jaringan perlawanan yang efektif. Salah satu rekrutan terpenting mereka adalah Jenderal Friedrich Olbricht, Kepala General Army Office yang bermarkas di Bendlerblock, Jerman Tengah, yang mengontrol jaringan komunikasi atas pasukan cadangan di seluruh wilayah Jerman.


Akhir tahun 1942, Tresckow dan Olbricht merancang suatu usaha pembunuhan Hitler selama kunjungan Hitler di markas Army Group Centre di Smolensk pada bulan Maret 1943. Mereka mencoba untuk menaruh bom di dalam pesawat Hitler. Tapi bom tersebut tidak meledak. Kegagalan ini meruntuhkan semangat kelompok perlawanan. Selama tahun 1943 mereka tidak berhasil merekrut jenderal-jenderal senior seperti marsekal Erich von Manstein dan Marsekal Gerd von Rundstedt untuk mendukung perlawanan.


Perencanaan Kudeta

Stauffenberg bergabung dengan kelompok perlawanan

Pertengahan 1943, pasukan Jerman mulai kehilangan momentum dalam perang. Para anggota perlawanan dan sekutu sipil mereka meyakinkan diri bahwa Hitler harus segera dibunuh. Hal ini dimaksudkan agar mereka dapat melakukan negoisasi dengan pasukan Sekutu dan mencegah pasukan Soviet menginvasi Jerman dan yang terpenting adalah untuk mencegah terjadinya pertumpahan darah lebih besar lagi. Agustus 1943, Tresckow untuk pertama kalinya bertemu dengan Kolonel Claus von Stauffenberg. Terluka parah di medan perang Afrika Utara, Stauffenberg adalah seorang nasionalis Jerman dan penganut Katolik Roma yang taat. Sejak tahun 1942, ia menyatakan pada perwira-perwira militer Jerman bahwa Jerman sedang menuju kehancuran dan Hitler harus disingkirkan dari kekuasaan. Tapi pengaruh agamanya membuat ia tidak mau membunuh Hitler sebagai solusi untuk menyelamatkan Jerman. Setelah pertempuran Stalingrad pada Desember 1942, ia akhirnya berkesimpulan bahwa dengan tidak membunuh Hitler akan menjadi suatu kebobrokan moral yang luar biasa.


Rencana Baru

Sekarang Olbricht menawarkan strategi baru untuk mengambilalih kekuasaan dari tangan Hitler kepada Tresckow dan Stauffenberg. Pasukan Cadangan mempunyai suatu operasi yang dinamakan Valkyrie, yang dimaksudkan untuk mencegah terjadinya huru hara sosial kalau Sekutu sampai menginvasi Jerman. Olbricht menawarkan rencana menggunakan operasi valkyrie yang bisa mengaktifkan pasukan cadangan untuk menguasai kota-kota Jerman, melucuti SS dan menahan pimpinan Nazi. Tetapi operasi Valkyrie baru bisa efektif kalau mendapat ijin dari jenderal Friedrich Fromm, komandan pasukan cadangan. Jadi dalam hal ini Fromm harus bisa direkrut atau kalaupun tidak, Fromm ditangkap. Fromm sperti perwira-perwira senior lainnya mengetahui usaha kudeta terhadap Hitler tetapi tidak mendukung dan tidak pula melaporkannya pada Gestapo.


Sekarang atau Tidak Sama Sekali!!!

Pada musim panas 1944, banyak orang yang mulai merasakan bahwa Jerman akan kalah perang. Hal ini cukup beralasan, karena pasukan Jerman, baik di medan perang Timur dan Barat mengalami kemunduran yang signifikan. Kelompok oposan Nazi kembali merapat untuk mencari solusi terbaik bagi keutuhan Jerman. Salah satu ajudan Tresckow, Letnan Heinrich Graf von Lehndorff-Steinort, menulis kepada Stauffenberg : “Pembunuhan (Hitler) harus segera dilaksanakan, apapun resiko yang harus dihadapi. Sekalipun itu gagal, kita harus merebut Berlin.”


1-6 Juli

Pada 1 Juli 1944, Stauffenberg diangkat menjadi kepala staf Jenderal Fromm di Markas Pasukan Cadangan di Bendlerstrasse, Berlin Tengah. Posisi ini memungkinkan Stauffenberg untuk menghadiri rapat-rapat militer dengan Hitler, baik di Wolf’s Lair, Prusia Timur atau di Berchtesgaden. Hal itu yang membuat Stauffenberg memiliki peluang emas untuk bisa melenyapkan Hitler. Para opo

san yang selama ini menentang ide untuk membunuh Hitler dengan alasan moral segera mengubah pemikiran mereka, sebagian karena mereka mendengar informasi pembantaian di kamp konsentrasi Auschwitz terhadap sekitar 250.000 orang Yahudi Hungaria.


7-14 Juli 1944

Rencana sekarang sudah siap untuk dilaksanakan. Stauffenberg memutuskan untuk membunuh Hitler dan mengatur perebutan Berlin. 11 juli 1944, Stauffenberg menghadiri rapat militer Hitler dengan membawa bom dalam tas kerjanya. Tapi karena kelompok oposan menginginkan agar Himler dan Goring harus juga dibunuh

agar operasi Valkyrie dapat berlangsung lancar, Stauffenberg tidak jadi meledakkan bom karena Himler tidak hadir dalam rapat tersebut.


15 Juli : Batalkan!!!

Pada 15 Juli, ketika Stauffenberg untuk kesekian kalinya terbang ke Wolf’s Lair, kondisinya sudah semakin kritis. Rencananya, Stauffenberg akan menaruh bom dalam tas kerjanya pada rapat militer Hitler dengan menggunakan pengatur waktu yang memberi kesempatan kepada dia untuk menghindar dari ledakan dan segera terbang ke Berlin untuk segera bergabung dengankelompok oposan di Bendlerblock. Operasi Valkyrie akan dilaksanakan dengan inti pasukan Cadangan Jerman untuk menguasai Berlin dan menangkap para pimpinan Nazi. Beck akan menjadi Kepala Negara sementara itu Carl Friedrich Goerdeler, politisi konservatif dan oposan Nazi, akan menjadi Kanselir, dan Witzleben akan menjadi Panglima Militer.


Tetapi sekali lagi, percobaan itu kembali dibatalkan pada menit-menit terakhir. Himler dan Goring hadir dalam pertemuan tersebut tetapi Hitler tiba-tiba meninggalkan ruang rapat pada menit-menit terakhir.


Operasi Valkyrie dilaksanakan

Pada 20 Juli jam 10.00 pagi, Stauffenberg kembali terbang ke Wolf’s Lair untuk menghadiri kembali rapat militer dengan Hitler. Ia tetap pada rencana semula, yaitu membawa tas yang berisi bom untukdiledakkan pada rapat tersebut. Ketika rapat akan dimulai, Stauffenberg meminta ijin untuk mengganti pakaian di ruangan Wilhelm Keitel. Di tempat itu ia mempersiapkan bom yang akan diledakkan.


Bom yang digunakan adalah sebuah bom plastik dengan berat 1 kg yang dibungkus dalam kertas coklat dan akan dipicu dengan sebuah pensil yang berfungsi sebagai detonator. Stauffenberg memasuki ruangan rapat dan menaruh tas berisi bom tersebut di bawah meja dekat Hitler dan para stafnya. Tidak berapa lama, Stauffenberg meminta izin untuk meninggalkan ruangan. Pada pukul 12.40, bom meledak dan menghancurkan ruang rapat tersebut. Tiga orang perwira dan seorang juru catat terluka parah dan meninggal tidak lama kemudian. Tetapi Hitler selamat dan hanya menderita luka kecil. Di kemudian hari, Hitler tidak mati dalam ledakan tersebut karena pada menit-menit terakhir Kolonel Heinz Brandt memindahkan tas berisi bom tersebut di dekat kaki meja yang kokoh sehingga ketika bom meledak, efek ledakan tersebut dipantulkan oleh kaki meja.


Meloloskan diri dari Wolf’s Lair

Stauffenberg, menyaksikan langsung ledakan tersebut dan memutuskan bahwa Hitler sudah mati. Ia dan ajudannya, Letnan Werner von Haeften segera menaiki mobil mereka. Dalam perjalanan keluar dari tempat tersebut, Stauffenberg berhasil menggertak pasukan penjaga di tiga pos penjagaan sehingga ia bisa keluar dari Wolf’s Lair dan segera terbang ke Berlin.

Menuju Berlin

Di saat yang sama ketika pesawat Stauffenberg mendarat di Berlin, Jenderal Erich Fellgiebel, perwira di Wolf’s Lair yang ikut dalam kelompok Stauffenberg melaporkan bahwa Hitler selamat dari ledakan tersebut. Langkah ini sangat fatal akibatnya, setidaknya bagi Fellgiebel dan para oposan, karena berita ini membuat mereka kehilangan nyali untuk melanjutkan operasi Valkyrie. Situasi semakin membingungkan para oposan ketika mereka mendapat laporan langsung dari Stauffenberg bahwa Hitler mati. Para oposan bingung harus mempercayai yang mana dari kedua informasi tersebut. Tetapi akhirnya, Olbricht akhirnya memerintahkan agar Operasi Valkyrie dilaksanakan. Sementara itu, Jenderal Fromm menelpon laksamana Keitel di Wolf’s Lair untuk mencari informasi yang benar.


Fromm mendapat informasi bahwa Hitler selamat dari ledakan tersebut. Tidak berapa lama kemudian, Olbricht, Stauffenberg dan letnan von Haeften mendatangi ruang Fromm untuk menanyakan dukungannya. Fromm menolak ikut dan oleh karena itu ia ditahan.


Kegagalan Operasi

Pada pukul 18.00, jenderal Joachim von Kortzfleisch, komandan Grup III pertahanan dipanggil ke Bendlerblock. Di sana, Olbricht memerintahkan agar Joachim dan pasukannya mendukung operasi Valkyrie, tetapi Joachim menolak tegas. Ia ditangkap tetapi ia terus berteriak bahwa Hitler masih hidup.


Jenderal Karl Freiherr yang menggantikan posisi Joachim mendapati dirinya tidak mendapatkan bantuan pasukan yang memadai untuk menguasai Berlin. Jenderal Fritz Lindemann yang seharusnya bertugasuntuk membacakan proklamasi kepadarakyat Jerman malah tidak hadir.


Momen krusial terjadi pada pukul 19.00 ketika Hitler berhasil mendapatkan saluran telepon. Ia berhasil menelpon Goebbels di Departemen Propaganda. Hitler memerintahkan Goebbels agar dirinya bisa berbicara dengan Mayor Remer, komandan pasukan cadangan yang mengepung Departmen Propaganda, untuk memastikan bahwa dirinya masih hidup. Hitler juga memerintahkan Remer untuk memulihkan situasi di Berlin dan menangkap para oposan di Bendlerblock.


Pada pukul 20.00, Witzleben tiba di Bendlerblock dan terlibat adu argumentasi dengan Stauffenberg tentang situasi yang tidak menentu. Tetapi Stauffenberg menyatakan bahwa rencana ini tetap bisa dilanjutkan. Rencana untuk menguasai Paris juga gagal setelah Jenderal Gunther von Kluge mendengar bahwa Hitler masih hidup dan menolak untuk melanjutkan rencana menguasai Paris.


Dengan keberadaan Hitler yang ternyata masih hidup dan keberhasilan mayor Remer memulihkan situasi di Berlin membuat para oposan di Berlin mengubah dukungan mereka. Pertempuran kecil terjadi di luar Bendlerblock antara pendukung plot dengan penentang plot. Stauffenberg terluka dalam insiden tersebut. Pada pukul 23.00, Fromm berhasil merebut kendali dari tangan Olbricht dan berharap usahanya untuk tidak mengikuti kelompok oposan dapat menyelamatkan dirinya dari Hitler. Beck, yang sadar bahwa rencana kudeta ini gagal memutuskan untuk menembak dirinya sendiri.


Fromm segera mengadili langsung Olbricht, Stauffenberg, von Haeften dan Albrecht Mertz von Quirnheim dan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka berempat. Ada dugaan hal ini dilakukan Fromm untuk membungkam Stauffenberg, dkk. Sesaat sebelum dirinya ditembak mati, Stauffenberg berteriak, “HIDUP JERMAN YANG SUCI!!!”


Plot 20 Juli gagal untuk membunuh Hitler dan merebut kekuasaan.


Kelompok 20 Juli

Kolonel von Stauffenberg


Kolonel Hening Tresckow


Jenderal Friedricht Olbricht


Jenderal Ludwig Beck


Jenderal Erwin von Wietzleben


Letnan Werner von Haeften (ajudan von Stauffenberg)

























Rabu, 18 Februari 2009

Preambule

Bukankah manusia harus bergumul di bumi?? - ayub 7 : 1


barangsiapa menginginkan perdamaian, harus siap berperang - vegetius, filsuf Yunani

Perang adalah masalah yang penting bagi suatu bangsa.
Ini menentukan kelangsungan hidup suatu bangsa. Masalah hidup dan mati. Hal ini harus dipelajari dengan seksama dan cermat. -Sun Tzu, The Art Of War


Saat ini kita hidup di zaman yang mengutamakan nilai-nilai demokratis, keadilan, toleransi, dan lain-lain. Sedari kecil kita sudah diajari bahwa siapa yang mengedepankan agresifitas dan cenderung keras akan berakhir pada pengasingan dan penolakan. Sebagian besar kehidupan kita diisi dengan nilai-nilai keharmonisan dan kerja sama yang apik yang disosialisasikan dalam bentuk pengajaran-pengajaran melalui buku-buku, penampilan luar yang apik dan hangat dan melalui pemikiran-pemikiran yang meneduhkan. Seluruh aspek dalam kehidupan kita dipersiapkan untuk menghadapi kondisi yang aman, damai dan menyenangkan.

Inilah yang menjadi masalah krusial. Kita tidak dipersiapkan dengan baik untuk menghadapi apa yang menjadi realita dalam kehidupan yg sebenarnya, yakni PERANG. Kita lupa bahwa dunia saat ini telah menjadi sedemikian kompetitif. Setiap aspek dalam kehidupan manusia tidak terlepas dari kata-kata persaingan, kompetisi, kemenangan dan kekalahan. Semua itu terjadi di seluruh lapisan. Ekonomi, politik, olahraga bahkan kebudayaan. Ada manusia yg terlahir dengan ciri2 team work, ramah dan sepakat dengan kita. Tetapi ada juga orang yang terlahir dengan ciri2 agresif dan menantang. Mereka susah untuk diajak kompromi. Ada juga orang yang tidak menunjukkan sifat yang telah disebutkan sebelumnya. Mereka cenderung bermain aman dan berada di wilayah abu-abu. Mereka hanya sepakat ketika kita berada posisi di atas tetapi akan lari dari kita ketika kita berada pada posisi sulit.

Kita sendiri pun memiliki dorongan-dorongan agresifitas yang tidak mungkin untuk kita kendalikan sepenuhnya. Ingat !!! sifat dasar manusia salah satunya adalah tidak pernah puas. Blog ini mencoba untuk mencerahkan (bukan untuk menggurui) pemikiran kita yang cenderung sempit dan negatif ketika melihat atau mendengar kata-kata perang. Saya nantinya akan mencoba untuk menulis singkat tokoh2 militer terkenal, kisah2 perang monumental yang nantinya itu semua bisa kita petik hikmahnya.

Saya teringat akan kata-kata filsuf kenamaan China, Konfusius. Ia pernah ditanya oleh salah seorang muridnya, "Jika guru memimpin pasukan besar, orang seperti apa yang guru inginkan bersama dengan anda?
Konfusius menjawab, "Saya tidak akan membawa orang yang dapat bertarung dengan harimau menggunakan tangan kosong, atau dapat menyeberangi sungai tanpa perahu. Yang saya inginkan adalah orang yang mendatangi kesulitan dengan kewaspadaan dan yang memilih untuk menang dengan menggunakan strategi."

Mungkin inilah yang saya harapkan. Bahwa kita menjadi pejuang2 strategis. Yang mengelola situasi sulit melalui manuver (strategi) yang cerdik dan cerdas.

Lam Nal....

Haiiii... Michel lagi neh... Sebenernya gw dah ada blog (cek disini) , tapi kecintaan gw akan dunia perang, ngebuat gw untuk create blog baru yang nantinya bakal ngebahas masalah2 dunia perang.

Bukan berarti bahwa gw mau dunia ini selalu dihiasi dengan perang, tp gw ngerasa bahwa sadar atau tidak sadar kita pun sekarang berada dalam area peperangan. Perang saat ini bukan berarti bahwa hanya perang yang sifatnya fisik saja,seperti mengangkat senjata. Perang modern juga termasuk di dalamnya adalah kompetisi bisnis, politik, ekonomi, olahraga dan juga kebudayaan.

Yah, keinginan gw ngebuat blog ini sekedar sharing aj, mulai dari kisah2 perang fenomenal, tokoh2 militer, dan sejarah perang itu sendiri. Intinya blog ini bukan dimaksudkan bahwa kita harus berperang tp lebih kepada penyadaran intelektual bahwa perang tidak selamanya harus dijauhi atau ditakuti. Perang, dalam bentuk artian apapun, harus disikapi dengan positif. Seperti yg gw bilang di awal, bahwa sadar atau tidak sadar kita sudah hidup dalam area perang. Bukankan hidup itu sendiri adalah suatu perjuangan/peperangan yang harus kita lakukan....

Gw harapkan saran, kritikan, masukan dari kawan2 semua yg kebetulan mampir di blog gw yg sederhana ini....

GBU all......